Senin, 19 Mei 2014

RESUME RASIO SOLVABILITAS, RASIO PROFITABILITAS, DAN RASIO PASAR

  
RESUME RASIO SOLVABILITAS, RASIO PROFITABILITAS, DAN RASIO PASAR
  1. Rasio Solvabilitas
Menurut (Kasmir;2010;112) Rasio solvabilitas atau leverage ratio yaitu rasio yag dgunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Adapun jenis-jenis ratio solvabilitas antara lain:
a.       Debt to assets ratio (Debt Ratio)
Yaitu rasio utang yang digunakan untuk mengukur berapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau  seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rumus: 
debt ratio : Total Debt / total assets
b.      Debt  to Equity Ratio
Yaitu rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) denga pemilik perusahaan.dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Rumus:               
debt to equity ratio = Total Utang (Debt)
                                                                                           Ekuitas
c.       Long Term Debt to Equity ratio(LTDtER)
Yaitu rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Rumus:
     LTDtER : Long Term Debt
                                                                              Equity
d.      Times Interest Earned
Yaitu rasio untuk mencari jumah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan unuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio menurut james C,van Horne.
Rumus:
times interest earned:              EBIT       
                                     Biaya Bunga interest 
e.       Fixed Charge Coverage
Yaitu rasio yang menyerupai rasio times interest earned. Hanya bedanya dalam rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa.biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.
Rumus: 
Fixed Charge Coverage: EBIT + Biaya Bunga + kewajiban sewa
                                    biaya bunga + kewajiban Sewa
                           
Contoh Kasus solvabilitas
PT ANGKASA, Tbk.
NERACA
PER 31 DESEMBER 2010 DAN 2011(dalam ribuan)

2010
2011

2010
2011
Asset


Pasiva


Aset Lancar:


Utang Lancar:


Kas
1,150
1,000
Utang Dagang
2,150
 2,200
Giro
   125
  160
Utang Wesel
   100
      50
Surat Berharga
   240
  190
Utang bank
   400
    250
Piutang
1,350
1,250
Utang lainnya
     50
    100
Persediaan
1,135
1,500
Total Utang Lancar
2.700
 2,600
Total Aset Lancar
4,000
4,100
Utang Jangka Panjang:


Aset Tetap:


Utang Bank 3th
3,750
3,000
Tanah
1,000
2,000
Utang Obligasi
2,000
1,400
Mesin
1,500
2,500
Utang hipotik
   250
1,100
Kendaraan
1,500
1,000
Total Utang Jk Panjang
4,000
3,400
Akum.Penyusutan
 (700)
(800)
Modal:


Total Aset Tetap
3,300
4,650
Modal setor
 2,000
3,500
Aktiva lainnya


Cadangan Laba
    300
1,500
Total aktiva Lainnya
1,700
2,250
Total Modal
2,300
5,000 
Total Asset
9,000
11,000
Total Pasiva
9,000
11,000

PT ANGKASA, Tbk.
LAPORAN LABA/RUGI
PER 31 DESEMBER 2010 DAN 2011(dalam ribuan)
Keterangan
 2010
 2011
Penjualan
       8,500
       10,400
Harga Pokok Penjualan
     (  5,250)
     (    6,000 )
Laba Kotor
       3,250
         4,400
Biaya Operasi:


   Biaya umum dan administrasi
           500
             500
   Biaya penjualan
         1,000
           1,100
   Biaya lain-lain
           100
              100
 Jumlah Biaya Operasi
        1,600 
           1,700
Laba Kotor Operasi
        1,650
           2,700
By penyusutan
       700
             850
Pendapatan bersih operasi
       950
         1.850
Pendapatan lainnya
     1.650
         1.750
EBIT
     2,600
        3,600
Biaya Bunga


Bunga Bank
       500
          400
Bunga Obligasi
       200
          100
Total Biaya Bunga
      700
          500
EBT
   1,900
      3,100
Pajak 20%
      380
         620
EAIT
   1,520
     2,480
a.       Debt To assets ratio
  • Untuk Tahun 2010:
debt ratio : Rp.6000
                Rp. 9000
             :0,74%
Rasio ini menunjukan bahwa 74% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2009,artinya bahwa setiap Rp. 100, pendanaan perusahaan, maka Rp. 74,- dibiayai dengan utang dan Rp 26,- disediakan oleh pemegang saham.
  • Untuk tahun 2011
  •  
debt ratio : Rp.6000
                Rp. 11000
                                                                                   :0,54%

Rasio ini menunjukan bahwa 54% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2010,artinya bahwa setiap Rp. 100, pendanaan perusahaan, maka Rp. 54,- dibiayai dengan utang dan Rp 46,- disediakan oleh pemegang saham.
Jika rata-rata industri 35%, maka debt to assets ratio perusahaan diatas rata-rata industri sehingga mempermudah perusahaan untuk memperoleh pinjaman.
b.      debt to equity ratio
  • untuk tahun 2010
debt to equity ratio: Rp.6700
                                   Rp. 9000
                                 :2,91 kali
  • untuk tahun 2010
  •  
                          debt to equity ratio           : Rp.6000
                                    Rp.5000
                                    :1,20 kali
Rasio ini menunjukan bahwa kreditor menyediakan Rp.2,91 tahun 2010 untuk setiap Rp.100 yang disediakan pemegang saham. Untuk tahun 2011 sebesar Rp.120,- untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham turun jauh 2010 dan ini menunjukan lebih baik dari tahun sebelumnya atau ada peningkatan dalam penyediaan dana.
c.       Long term debt to equity ratio   
  • Untuk tahun 2010
LTDrER : Rp. 4000
                Rp.2300
            : 1,8 kali
  • Untuk tahun 2011
  •  
LTDrER : Rp. 3400
                Rp.5000
                                                                     : 0,68 kali

Rasio ini menunjukan bahwa kreditor menyediakan Rp.180 tahun 2010 untuk setiap Rp.100 yang disediakan pemegang saham. Untuk tahun 2011 sebesar Rp.68,- untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham
d.      Times Interest Earned
  • Untuk tahun 2010
times interest earned: Rp. 2600
                                 Rp.  700
                             : 3,8 kali
  • Untuk tahun 2011
  •  
times interest earned: Rp. 2600
                                 Rp.  700
                                                                                         : 3,8 kali
Times interest earned tahun 2010 adalah 3,8 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutupi 3,8 kali dari laba sebelum bunga dan pajak,kemudian untuk tahun 2011 adalah 7,2 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutupi 7,2 kali laba sebelum pajak dan bunga.
Rata industri untuk usaha yang sama 10 kali.maka untuk tahun 2010 dan 2011 kurang baik.walapun ditahun 2011 lebih baik dari pada tahun 2010.
e.       Fixed charge coverage
                       §  Untuk tahun 2010
f.                fixed charge coverage: Rp. 1900+Rp.700+Rp. 50
                                                                            Rp.700+Rp.50
                                                                :              3,6 kali 

 :
Untuk tahun 2011
§        fixed charge coverage: Rp. 3100+Rp.500+Rp. 60
                                                                            Rp.500+Rp.60
                                                                :              6,6 kali 
Jika Rata –rata industri untuk fixed charge coverage 10 kali,maka untuk tahun 2010 hanya 3.6 kali dan ini nilai kurang baik, karena masih dibawah rata-rata industri dan hal ini tentu menyulitkan perusahaan untuk memperleh pinjaman,sama juga untuk tahun 2011.
  1. Rasio Profitabilitas
Menurut (Kasmir;2010;115) Rasio Profitabilitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.rasio ini  juga memberikan  ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.hal itu ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjulaan dan pendapatan investasi. Rasio ni menunjukan efisiensi peusahaan.
Jenis –jenis rasio dalam profitabilitas yaitu:
  1. Profit margin (profit margin on sales)
Merupaka salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mencari hasil Profit Margin ada dua cara yaitu dengan marin laba Kotor dan margin laba bersih.
Rumus:
  • Untuk margin laba kotor
     profit margin :penjualan bersih -hpp
     sales
  • Untuk margin laba bersih
            profit margin :EAIT
     sales
  1. Return On Invesment (ROI)
Merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dala perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Untuk mencari hasil mengembalian investasi ada dua cara yaitu Rumus dari ROI dan Berdasarkan pendekatan Du Point
Rumus:
ROI : EAIT
          Total Asset 
a.       Return On Invesment (ROI) dengan pendekatan Du Point
Rumus:
    ROI : margin laba bersih X Perputaran Total asset 
  1. Return on Equity
Merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini makin baik.artinya posisi pemilik perusahaan makin kuat. Untuk mencari hasil mengembalian modal sendiri ada dua cara yaitu Rumus dari ROE dan Berdasarkan pendekatan Du Point
Rumus:
 ROE : EAIT
             Equity
b.      Return On Invesment (ROI) dengan pendekatan Du Point
            ROI : margin laba bersih X Perputaran Total asset

  1. Laba Per saham Biasa 
Merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio rendah maka manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham dan sebaliknya.
Rumus :
     LabaPer saham Biasa :laba saham biasa
      saham biasa yang beredar

  1. Rasio Pasar
Rasio Pasar merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
a.       Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa.



  EPS :              Laba Bersih - deviden saham istemewa
              Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar

b.      Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula.
                        PER : Harga pasar per lembar  x 1 kali
Pendapatan Per lembar 
c.       Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
MBV =
Harga pasar per saham
X
1 Kali
Nilai buku per saham

d.      Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)
Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang. Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43).
DY =
Dividen per lembar saham
X
100%
Harga per lembar saham
 
e.       Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
                           

DPR=
Dividen per lembar saham
X
100%
Pendapatan per lembar saham




Daftar pustaka:
Kasmir. 2010.pengantar manajemen keuangan.jakarta: Kencana
http://nadiranasyiffa.blogspot.com/2011/10/rasio-pasar.html